Pengantar Desain Grafis

Penguasaan atas program grafis seperfi Corel Draw, Photoshop, Freehand dan lain-lain
memang identik dengan proses pembuatan iklan yang sarat dengan gambar. Bahkan
apabila disangkutkan dengan industri perfilman Hollywood, seorang desainer grafis
memiliki potensi yang sangat besar untuk berapresiasi sebagai pengemas efek dan
segala tetek bengek berbau animasi.
Namun sesungguhnya terlalu sederhana untuk menilai mudahnya membuat iklan hanya
berbekal program grafis, meski dengan kemampuan superpower sekalipun! Iklan yang
baik tidak dapat dilihat dari bagus atau tidaknya bentuk visual, tidak juga dapat dilihat
dari kata-kata yang memorable, atau tidak bisa hanya berdasarkan laris atau tidaknya
produk di pasaran. Menilik film Final Fantasy, apa jadinya jika dibuat dalam versi film
pada umumnya? Cerita yang tidak memiliki kekuatan story telling tentulah ambruk
menjadi film kelas B. Beruntung film ini dibuat murni oleh kemampuan grafik yang
kemudian mendongkrak proyek animasi naik sampai langit ke tujuh sebagai sesuatu
yang menakjubkan dan menjadi bahan perbincangan banyak orang.
Padahal penguasaan program yang sama sanggup membuat film Finding Nemo begitu
manusiawi, sebelumnya film Monster Inc pun memiliki pola bertutur sangat simpatik.
Minimnya nuansa futuristik dengan gaya star wars serta penilaian yang berorientasi
pada tema anak-anak agaknya membuat film tersebut kehilangan aura komputer grafik
untuk menjadi topik pembicaraan, terapi plot yang kuat dan kemampuan luar biasa
untuk menghidupkan karakter cerita dalam kemasan teknologi sanggup menjadikannya
sebagai film yang mampu “berbicara” kepada penontonnya.
Pernah, dalam waktu bersamaan Walt Disney dan Dreamworks membuat fabel berbasis
animasi melalui film Bugs Life dan Antz, dalam konteks dasar visual yang sama ternyata
Dreamworks harus mengakui kepiawaian Walt Disney dalam strategi pembuatan film
keluarga dengan menerima kekecewaan bahwa Antz jeblok di pasaran, meski berlatar
nama besar Steven Spielberg dan melibatkan Sharon Stone juga Sylvester Stallone
sebagai pengisi suara.
Berikut ini penjelasan beberapa format file :
PSD (Photoshop Document)
Format file ini merupakan format asli dokumen Adobe Photoshop. Format ini
mampu menyimpan informasi layer dan alpha channel yang terdapat pada
sebuah gambar, sehingga suatu saat dapat dibuka dan diedit kembali. Format ini
juga mampu menyimpan gambar dalam beberapa mode warna yang disediakan
Photoshop. Anda dapat menyimpan dengan format file ini jika ingin mengeditnya
kembali.
BMP (Bitmap Image)
Format file ini merupakan format grafis yang fleksibel untuk platform Windows sehingga
dapat dibaca oleh program grafis manapun. Format ini mampu menyimpan informasi
dengan kualitas tingkat 1 bit samapi 24 bit. Kelemahan format file ini adalah tidak
mampu menyimpan alpha channel serta ada kendala dalam pertukaran platform. Untuk
membuat sebuah objek sebagai desktop wallpaper, simpanlah dokumen Anda dengan
format file ini. Anda dapat mengkompres format file ini dengan kompresi RLE.
Format file ini mampu menyimpan gambar dalam mode warna RGB, Grayscale, Indexed
Color, dan Bitmap.
EPS (Encapsuled Postcript)
Format file ini merupakan format yang sering digunakan untuk keperluan pertukaran
dokumen antar program grafis. Selain itu, format file ini sering pula digunakan ketika
ingin mencetak gambar. Keunggulan format file ini menggunakan bahasa postscript
sehingga format file ini dikenali oleh hampir semua program persiapan cetak.
Kelemahan format file ini adalah tidak mampu menyimpan alpha channel, sehingga
banyak pengguna Adobe Photoshop menggunakan format file ini ketika gambar yang
dikerjakan sudah final. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode
warna RGB, CMYK, Lab, Duotone, Grayscale, Indexed Color, serta Bitmap. Selain itu
format file ini juga mampu menyimpan clipping path.
JPG/JPEG (Joint Photographic Expert Group)
Format file ini mampu mengkompres objek dengan tingkat kualitas sesuai dengan
pilihan yang disediakan. Format file sering dimanfaatkan untuk menyimpan gambar yang
akan digunakan untuk keperluan halaman web, multimedia, dan publikasi elektronik
lainnya. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB, CMYK,
dan Grayscale. Format file ini juga mampu menyimpan alpha channel, namun karena
orientasinya ke publikasi elektronik maka format ini berukuran relatif lebih kecil
dibandingkan dengan format file lainnya.
GIF (Graphic Interchange Format)
Format file ini hanya mampu menyimpan dalam 8 bit (hanya mendukung mode warna
Grayscale, Bitmap dan Indexed Color). Format file ini merupakan format standar untuk
publikasi elektronik dan internet. Format file mampu menyimpan animasi dua dimensi
yang akan dipublikasikan pada internet, desain halaman web dan publikasi elektronik.
Format file ini mampu mengkompres dengan ukuran kecil menggunakan kompresi LZW.
TIF (Tagged Image Format File)
Format file ini mampu menyimpan gambar dengan kualitas hingga 32 bit. Format file ini
juga dapat digunakan untuk keperluan pertukaran antar platform (PC, Machintosh, dan
Silicon Graphic). Format file ini merupakan salah satu format yang dipilih dan sangat
disukai oleh para pengguna komputer grafis terutama yang berorientasi pada publikasi
(cetak). Hampir semua program yang mampu membaca format file bitmap juga mampu
membaca format file TIF.
PCX
Format file ini dikembangkan oleh perusahaan bernama Zoft Cooperation. Format file ini
merupakan format yang fleksibel karena hampir semua program dalam PC mampu
membaca gambar dengan format file ini. Format file ini mampu menyimpan informasi bit
depth sebesar 1 hingga 24 bit namun tidak mampu menyimpan alpha channel. Format
file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB, Grayscale, Bitmpa dan
Indexed Color.
PDF (Portable Document Format)
Format file ini digunakan oleh Adobe Acrobat, dan dapat digunakan oleh grafik berbasis
pixel maupun vektor. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna
RGB, CMYK, Indexed Color, Lab Color, Grayscale dan Bitmap. Format file ini tidak
mampu menyimpan alpha channel. Format file ini sering menggunakan kompresi JPG
dan ZIP, kecuali untuk mode warna Bitmap yaitu menggunakan CCIT.
PNG (Portable Network Graphic)
Format file ini berfungsi sebagai alternatif lain dari format file GIF. Format file ini
digunakan untuk menampilkan objek dalam halaman web. Kelebihan dari format file ini
dibandingkan dengan GIF adalah kemampuannya menyimpan file dalam bit depth
hingga 24 bit serta mampu menghasilkan latar belakang (background) yang transparan
dengan pinggiran yang halus. Format file ini mampu menyimpan alpha channel.
PIC (Pict)
Format file ini merupakan standar dalam aplikasi grafis dalam Macintosh dan program
pengolah teks dengan kualitas menengah untuk transfer dokumen antar aplikasi. Format
file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB dengan 1 alpha channel
serta Indexed Color, Grayscale dan Bitmap tanpa alpha channel. Format file ini juga
menyediakan pilihan bit antara 16 dan 32 bit dalam mode warna RGB.
TGA (Targa)
Format file ini didesain untuk platform yang menggunakan Targa True Vision Video
Board. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB dalam 32
bit serta 1 alpha channel, juga Grayscale, Indexed Color, dan RGB dalam 16 atau 24 bit
tanpa alpha channel. Format file ini berguna untuk menyimpan dokumen dari hasil
render dari program animasi dengan hasil output berupa sequence seperti 3D Studio
Max.
IFF (Interchange File Format)
Format file ini umumnya digunakan untuk bekerja dengan Video Toaster dan proses
pertukaran dokumentasi dari dan ke Comodore Amiga System. Format file ini dikenali
hampir semua program grafis yang terdapat dalam PC serta mampu menyimpan
gambar dengan mode warna Bitmap. Format file ini tidak mampu menyimpan alpha
channel.
SCT (Scitex Continous Tone)
Format file ini digunakan untuk menyimpan dokumen dengan kualitas tinggi pada
komputer Scitex. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB,
CMYK, dan Grayscale namun tidak mampu menyimpan alpha channel.
PXR (Pixar)
Format file ini khusus untuk pertukaran dokumen dengan Pixar Image Computer. Format
file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB dan Grayscale dengan 1
alpha channel.
RAW
Format file ini merupakan format file yang fleksibel untuk pertukaran dokumen antar
aplikasi dan platform. Format file ini mampu menyimpan mode warna RGB, CMYK, dan
Grayscale dengan 1 alpha channel serta mode warna Multichannel, Lab Color dan
Duotone tanpa alpha channel.
DCS (Dekstop Color Separation)
Format file ini dikembangkan oleh Quark dan merupakan format standar untuk .eps.
Format ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna Multichannel dan CMYK
dengan 1 alpha channel dan banyak spot channel. Format file ini mampu menyimpan
clipping path dan sering digunakan untuk proses percetakan (publishing). Ketika
menyimpan file dalam format ini maka yang akan tersimpan adalah 4 channel dari
gambar tersebut dan 1 channel preview.
FORMAT KOMPRESI
Beberapa program terutama yang berorientasi pada publikasi elektronik dan multimedia
selalu memerlukan format file yang berukuran kecil agar ketika dibuka tidak akan
lambat. Untuk keperluan tersebut diperlukan kompresi.
Berikut ini format file yang berorientasi publikasi elektronik dan multimedia dengan
kompresinya masing-masing.
RLE (Run Length Encoding)
Kompresi ini mampu mengkompres file tanpa menghilangkan detail. Digunakan oleh
Adobe Photoshop, TIFF dan sebagian besar program yang terdapat dalam Windows.
LZW (Lemple-Zif-Welf)
Sama seperti kompresi RLE, kompresi ini juga mampu mengkompres file tanpa
menghilangkan detail. Kompresi ini digunakan oleh TIFF, PDF, GIF, dan format yang
mendukung bahasa postscript. Kompresi ini sangat baik untuk mengkompres gambar
dengan area besar yang menggunakan 1 warna.
JPG (Joint Photographic Experts Group)
Format ini mengkompres file dengan menghilangkan detail. Format file ini sering
digunakan oleh JPG, PDF, dan format yang menggunakan bahasa postscript. Kompresi
ini sangat baik digunakan untuk gambar dengan continous tone seperti foto.
CCIT
CCIT merupakan singkatan dari bahasa Perancis yang dalam bahasa Inggris disebut
International Telegraph and Telekeyed Consultive Commitee.
Kompresi ini digunakan untuk mengkompres gambar hitam putih, dan mampu
mengkompres file tanpa menghilangkan detailnya. Kompresi ini sering digunakan oleh
PDF dan format lain yang menggunakan bahasa postscript.
CATATAN
· Ketika menyimpan dokumen pada format file yang tidak dapat menyimpan
informasi layer, maka Anda harus mengubah gambar tersebut menjadi flaten
image terlebih dulu.
· Format file yang dapat menyimpan mode warna Duotone hanyalah EPS, RAW,
dan PSD. Oleh karena itu, ketika ingin menyimpan dalam format lain maka Anda
harus mengubah mode warnanya terlebih dulu, menjadi RGB bila dokumen tidak
ingin dicetak, karena informasi Duotone-nya akan diuraikan menjadi RGB.
· Format file yan dapat menyimpan mode warna Lab Color hanyalah PSD, RAW,
TIF, PDF, dan EPS. Format file yang dapat menyimpan mode warna CMYK
hanyalah PSD, RAW, EPS, TIF, JPG, PDF, dam SCT.
· Mode warna Indexed Color dapat menyimpan beberapa format file sesuai seting
indexed color-nya.
· Mode warna RGB dapatdisimpan pada semua format file yang ada di Adobe
Photoshop.Â
· Format yang direkomendasikan oleh para desainer profesional adalah
o PSD = untuk dokumen yang masih ingin diedit kembali
o EPS = untuk dokumen yang sudah final untuk persiapan cetak
o JPG = untuk cetak dengan kompresi di atas 8 bit dan untuk foto dalam web
dengan kompresi di bawah 5.
o GIF = untuk ilustrasi dan animasi pada halaman web.
o TIF = untuk cetak, pertukaran dokumen antar platform serta sequence
animasi
Definisi Desain Grafis: adalah salah satu bentuk seni lukis (gambar) terapan yang
memberikan kebebasan kepada sang desainer (perancang) untuk memilih,
menciptakan, atau mengatur elemen rupa seperti ilustrasi, foto, tulisan, dan garis di atas
suatu permukaan dengan tujuan untuk diproduksi dan dikomunikasikan sebagai sebuah
pesan. Gambar maupun tanda yang digunakan bisa berupa tipografi atau media lainnya
seperti gambar atau fotografi.Desain grafis umumnya diterapkan dalam dunia
periklanan, packaging, perfilman, dan lain-lain.
Sistem Kerja Klasik Desainer Grafis
Harus diakui bahwa teknologi hanya merupakan media yang tetap memerlukan
kreativitas tersendiri saat pengaplikasiannya. Belum lagi dibutuhkan intregrasi dari
beberapa faktor secara sinergis apabila kita berbicara masalah pasar. Seperti halnya
iklan, sering kali iklan dijadikan pemikul tanggung jawab atas tingkat penjualan sebuah
produk. Padahal, letak kekuatan sebuah produk untuk dapat memiliki eksekusi
pembelian oleh konsumen adalah kualitas produk itu sendiri, sistem pemasaran produk,
straregi promosi yang dilakukan serta kelayakan harga. Pada hakikatnya sebuah iklan
hanya bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi atas pasar terhadap produk, bukanlah
sebagai penentu penjualan secara mutlak.
Iklan yang baik adalah iklan yang mampu membuat komunikasi persuasif terhadap
pasar dan mampu mengemas pesan produk secara pas serta mengena pada target
yang dituju. Secara analitis tentu saja hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh seorang
desainer grafis yang hanya memiliki kemampuan mengoperasikan program semata.
Dibutuhkan kemampuan mendalam akan pemahaman produk agar mampu membangun
karakter dan identitas atas produk, lalu mentransformasikannya ke dalam bentuk visual
secara kreatif dan komunikatif agar dapat menyatu dengan pesan hingga bisa diterima
oleh segmen pasar tertuju. Itupun masih belum komplit.
Pada sebuah agensi periklanan, seorang desainer berada dalam departemen yang
bertanggung jawab atas output kreatif, creative department namanya. Ada seorang
copywriter di sana dan ada seorang eksekutor artwork yang merupakan portal terakhir
sebelum materi dipresentasikan kepada client-si pemilik produk. Para penggagas iklan
tersebut harus mampu bekerja sama dalam membuat pola komunikasi untuk
menempatkan produk sebagaimana mestinya di benak konsumen, sehingga keterlibatan
media, baik itu buying maupun placing tidak dapat dipisahkan.
Betapa tidak gampang mengemas sebuah konsep visual, ternyata! Maka tak salah
apabila setiap lowongan pekerjaan di agensi periklanan yang selalu ditantang untuk
melamar adalah orang-orang yang merasa dirinya kreatif, memiliki kemampuan bekerja
sama dan komunikasi yang baik. Saat industri periklanan merebak, demmand
kebutuhan grafis meninggi, merebak pula modul-modul pembelajaran seputar grafis baik
formal maupun informal. Berbondong-bondong masyarakat menyelami dunia baru
bernama graphic design, bahkan bagi mereka yang tak memiliki talenta pun ketertarikan
akan program “menggambar virtual” ini sangat besar.
Maklumlah, semua program grafik menyediakan beraneka fitur yang men-supply nyaris
segala kebutuhan efek gambar, yang dulu hanya dimonopoli oleh foto-foto para
fotografer saja kini mampu dibuat hanya dengan satu tombol lensflare di photoshop dan
simsalabim sebuah foto dalam bentuk image, yang tak dapat dipotret oleh rana kamera
saat hari hujan, mampu berhiaskan cahaya matahari pagi! Lebih hebatnya lagi,
komputer jugalah yang mampu menghidupkan abad pertengahan tanpa cacat dan
jutaan tentara Saruman di Mordor dalam film The Lord of The Ring.
Program kini semakin manusiawi dengan tidak hanya menyediakan fasilitas help (f1)
bagi mereka yang mengalami kesulitan pengoperasian, namun juga dilengkapi dengan
tutorial yang tidak cuma mengenalkan fitur baru apabila muncul program updated
namun juga mengajarkan penggunaan seluruh fitur yang ada. Bukan main! Teknologi
yang dulu njlimet dan kepemilikannya hanya dikuasai oleh segmen kelas A, sekarang
semakin rendah hati karena selain produk yang kian variatif guna pemberian range
harga yang penuh alternatif, juga kemudahan pemahaman program untuk dipelajari dan
diaplikasikan.
Sistem Kerja Efektif Desainer Grafis
Terus terang, rugi sekali apabila masih merasa bisa dibodohi oleh teknologi!
Sayangnya, kelemahan sistem informasi membuat teknologi hanya terkenal secara
permukaannya saja. Sehingga tak semua orang mengerti nilai implementasi dari aplikasi
program yang ada. Bayangkan, berapa banyak orang yang menyatakan dirinya sebagai
seorang desainer grafis berbatas pada kemampuan pengoperasian program grafik?
Banyak sekali! Hal itu telah berkali-kali membuat kecele industri yang memang
membutuhkan kreator grafik sebenarnya, yang kreatif dan menjiwai aplikasi program
dalam implementasi visual sebenarnya.
Pengenalan program secara fisik tidak mampu berbuat banyak dalam proses penciptaan
karakter secara visual, apalagi sanggup berkomunikasi. Keadaan tersebut secara tidak
langsung juga tidak mendidik masyarakat untuk jadi apresiatif terhadap sebuah karya,
selain dianggap hebat, bagus dan bukan main apabila terlihat wah! Banyak orang jatuh
cinta pada penciptaan grafik melalui komputer hingga melupakan sisi humanis dimana
teknologi sendiri sesungguhnya sedang mengacu ke arah sana. Hingga pada akhirnya
sebuah karya dipandang murah karena hanya bermodalkan perangkat komputer dan
kemampuan mengoperasikan program grafis.
Apabila merasa diri berminat dalam industri grafis, sudah selayaknya mulai kini tak
hanya mengasah ketrampilan teknis, namun juga menjuruskan dengan seksama perihal
major yang akan digeluti. Hal tersebut justru bukan untuk menyepelekan faktor teknis,
karena dukungan penguasaan aplikasi program yang maksimal akan memberikan
implementasi kerja secara optimal. Jadi, hati-hati, jangan cepat mengatakan output
kreatif mampu tampil dinamis dan hidup hanya dalam sapuan visual melalui sedikit
keterlibatan kreativitas apalagi secara dangkal menyatakan bahwa format gambar yang
bagus akan menjamin komunikasi yang baik.
Sebuah karya membutuhkan nafas untuk membuatnya mampu menyampaikan pesan
dan berkomunikasi pada publik yang disasarnya secara cerdas dan mengena. Memang,
memadukan unsur visual, kekuatan pesan dan strategi komunikasi untuk dituangkan
dalam media bukanlah pekerjaan mudah. Untuk itu mulailah fasih untuk memahami
aplikasi sekaligus implementasi menyoal teknologi agar tidak melakukan penilaian
dangkal atas kondisi apapun yang tercipta berpangkal dari teknologi.
Desainer cenderung tampil sebagai seseorang yang terampil. Mereka mengambil dua
ruang lingkup dalam dunia kerjanya, ruang lingkup secara visual dan secara konseptual.
Mereka harus mampu meneliti garis, warna, bentuk, volume dan tekstur, mereka juga
harus bisa memperhatikan hubungan antara berbagai hal, merekapun harus mampu
menemukan irama dan repetisinya pada sesuatu yang mereka lihat.
Secara konseptual, para desainer seringkali memperhatikan suatu gagasan
dari berbagai sisi dan mencari pendekatan-pendekatan dengan sisi-sisi tersebut dengan
suatu tindakan yang tidak umum. Kebiasaan ini merupakan bentuk pemahaman
sekaligus sumber masukan bagi kreativitas mereka. Bagi desainer, suatu objek atau
gagasan dapat menjadi sebuah tempat bermain yang banyak sekali dan luas tak terukur
serta dapat menghasilkan gagasan yang segar bagi dirinya.

0 komentar:

Posting Komentar